Icon Campaign Sang Cawalkot
sumber gambar : google
Nggak kerasa yah pemilihan Calon
Wali Kota Bandung periode 2013 – 2018 akan dilangsungkan beberapa bulan lagi
perasaan baru banget beres kemaren pemilihan Gubernur baru Jawa Barat. Untuk warga
Bandung sendiri saat ini mungkin sedang dalam proses pencarian informasi dan
penilaian Bakal Calon Walikota yang dinilai memiliki visi dan misi sesuai
dengan harapan mereka untuk Kota Bandung, bahkan mungkin tidak menutup
kemungkinan beberapa diantaranya sudah menetapkan pilihan mengenai bakal calon
mana yang akan dipilih nanti.
Oke
balik lagi ke pembahasan bahas mengenai pemilihan Calon Wali Kota, melalui
tulisan ini saya ingin membahas mengenai fenomena social media yang kini
dipilih sebagai salah satu media untuk kampanye. Dalam artikel sebelumnya saya pernah sedikit
membahas mengenai “perang public
campaign via twitter” yang secara umum menjelaskan alasan kenapa twitter dijadikan
sebagai salah satu media untuk kampanye oleh para Calon Gubernur Jakarta saat
itu. Oke mungkin boleh direview sedikit, ada 5 alasan yang intinya adalah large number of twitter user, sosmed low cost activity for campaign, two ways communication channel, chance for engagement, dan viral mode.
Nah
melalui tulisan ini saya ingin membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh salah
satu Bakal Calon Walikota yang melakukan aktivasi kampanye melalui social media
(twitter), dan pembahasan kita kali
ini akan fokus pada “icon avatar profil
yang diciptakan”, nggak perlu saya deskripsikan lebih jelas sudah tau kan
siapa yang saya maksud he4 biar no mention. Balik ngomongin kampanye politik
lewat twitter, sudah bias ditebak secara umum aktifitasnya pasti sama dimana
account tersebut dijadikan sebagai media informasi mengenai aktifitas yang
dilakukan bakan calon, hingga media tanya jawab dengan masyarakat, namun
seperti yang saya bilang saat ini saya tertarik mengupas mengenai penggunaan “icon campaign” oleh salah satu Cawalkot
yang menurut saya pribadi sangat menarik untuk dijadikan pembahasan. Sebelum
tulisan ini dibaca, saya tekankan bahwa tulisan ini tidak dimaksudkan sama
sekali sebagai bentuk dukungan kampanye kepada, namun sepenuhnya ditujukan
untuk tulisan saja he4.
1. Icon (Avatar) = Mudah Di Ingat
Bener nggak yah
kalo kita itu lebih gampang mengingat hal-hal yang sifatnya gambar (visual) dari pada hal-hal yang sifatnya
non gambar (non visual)? Kalo bener
mungkin pernyataan tersebut menjadi penguat dari point pertama ini, yang dimana
icon avatar akan lebih mudah di ingat oleh masyarakat, dengan demikian
penggunaan icon avatar sebagai salah satu media kampanye saya nilai cukup baik
karena gambar visual akan lebih mudah diingat oleh otak kita, ketika kita
mengingat icon avatar tersebut tentunya akan terasosiasi kepada sang Bakal
Calon Walikota.
2. Variasi Icon Avatar
Point menarik
selanjutnya adalah avatar yang awalnya dibuat dalam satu bentuk icon terdiri
dari gambar rambut dan kaca mata (mewakili
sang bakal calon) dibuat juga kedalam beberapa tema tema yang berbeda
(varian), beberapa diantaranya ada yang mengangkat tema fun, imagine, justice, brave, futuristic, hero, 3D, dll. Pertanyaanya
adalah apa hubungannya variasi icon avatar dengan kampanye? He4 good question,
nah kalo menurut pendapat saya pribadi sih adanya icon avatar yang mengangkat
tema tertentu tersebut bisa mewakili ekspresi dari masyarakat (netizen) khususnya kalangan anak muda,
selebihnya juga bias mewakili emotional dari mereka mengenai harapan untuk Kota
Bandung.
3. Ajakan Partisipasi (Dukungan)
Keberadaan icon
avatar tersebut menurut saya pribadi bukanlah tanpa alasan karena sudah pasti
ada maksud dan tujuan tertentu, lalu kira-kira apa tujuannya? kalo boleh saya
menebak dan berandai-andai keberadaan icon avatar tersebut merupakan ajakan
kepada masyarakat (netizen) untu
berpartisipasi mendukung sanga Bakal Calon Walikota tentunya, walaupun mungkin
realitanya di lapangan mereka belum tentu milih yah setidaknya sudah ikut
partisipasi memperkenalkan icon avatar ini di online.
4. Latah = Kampanye Pasif
Banyak yang bilang
kalo orang Indonesia itu latah, karena biasanya kalo ada isu yang menarik
muncul semua orang pasti ingin membicarakannya atau menjadi bagian dari
pembicaraan itu sendiri. Nah berlandaskan realita yang terjadi dimasyarakat
saya sedikit menyimpulkan bahwa fenomena latah ini menjadikan keuntungan bagi
pelaku kampanye karena menjadi sebuah kampanye pasif (orang lain yang mengkampanyekan kita). Nggak percaya? coba deh cek
icon avatar twitter, whatssup, line, atau blackberry temen kita pasti ada yang
menjadikan salah satu icon avatar tersebut sebagai display picture, he4 kalo
boleh nih saya menyebutnya sebagai W.O M dalam bentuk gambar. Karena begitu
orang pake icon tersebut kemungkinan besar temannya akan lihat dan muncul
penasaran, lalu mulai mengenai icon tersebut yang merepresentasikan sang Bakal
Calon Walikota. Bagaimana kalo ada yang nggak tau maksud icon tersebut namun
menggunakannya sebagai display picture? Jawabannya itulah yang dimaksud
kampanye pasif. (dira. Illanoor – 2013).