PERTAMINI = Pertamina versi Mini?
sumber gambar : dokumen pribadi
Beberapa waktu
lalu tepatnya di kawasan Antapani Bandung, saya melihat sebuah fenomena unik
yang dinilai menarik untuk dijadikan sebagai tulisan, saat itu sepeda motor
yang saya naiki terhenti ditengah jalan oleh penampakan sebuah kios dengan
dominasi warna merah dan sedikit balutan nuansa warna putih, dan dari kejauhan
saya bisa membaca tulisan bernama “Pertamina Mini”, penasaran saya pun mendekati
kios tersebut.
Sekilas kios
Pertamini memang terlihat seperti SPBU Pertamina yang dibuat “versi mininya”,
mungkin karena atribut warna merah yang melekat di brand Pertamina selama ini
sehingga membantu mempercepat asosiasi Pertamini sebagai bisnis berjualan bensin
premium melalui kios mini yang disulap menyerupai SPBU Pertamina.
Nah lantas hal apa
yang membedakan Pertamini dengan SPBU Pertamina? selain alat pengisian bensin yang
masih manual (pompa analog) dan harga
yang lebih mahal Rp. 500,- dari harga normal bensin premium di SPBU saya kira
tidak ada perbedaan, kenapa? karena saya yakin bagi yang pertamakali melihat
Pertamini akan langsung teraosiasi pada SPBU Pertamina yang banyak ditemui di jalan-jalan
protokol.
1. Kreatifitas yang Anti Mainstream
Ngomongin konsep bisnis Pertamini yang khusus
ditujukan untuk pengendara sepeda motor ini barang tentu lahir dari kreatifitas
seseorang entah siapapun itu yang memulainya pertamakali, nah yang pasti
kreatifitas ini sangat anti mainstream dari penjual bensin pinggiran yang
biasanya kita temui khususnya di kawasan kawasan yang cukup jauh dari jalan
protokol hingga kawasan yang belum terjamah SPBU Pertamina. Kenapa saya berani
bilang anti mainstream? Berdasarkan pengalaman saya penjual bensin pinggiran
ini tidak memiliki konsep yang unik, dalam artian biasa biasa saja cukup dengan
rak dan display sederhana dari kayu, dan bensin biasanya dikemas dalam kemasan
botol jamu, bener nggak? Nah yang membedakan dengan Pertamini tentunya adalah
konsep “Pertamina Mini” yang menyerupai miniatur mini SPBU Pertamina.
2. Kreatifitas yang menambah Value Added
Poin kedua yang menjadi sorotan adalah kreatifitas
yang diaplikasikan melalui konsep Pertamini saya nilai menjadi value added. Selain tentunya konsep unik
Pertamini, hal lain yang ditawarkan adalah aspek profesional yang dalam hal ini
saya analogikan seperti “jualan bensin
pinggiran kualitas dan pelayanan bintang 5”, tercermin dari konsep
Pertamini itu sendiri. Saya menilai konsep Pertamini secara visual sudah
berhasil menjadi umpan bagi calon konsumen untuk datang, nah selanjutnya tinggal
bagaimana si penjaga memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen.
Mungkin konsep 3S (senyum, sapa, dan
salam) sebagaimana yang diterapkan oleh SPBU Pertamina bisa juga
diaplikasikan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan supaya melakukan pembelian
kembali (repetition).
3. Bisnis Latah atau Bisnis Retail?
Bagi saya fenomena ini memunculkan sebuah pertanyaan
besar didasari oleh dua hal, pertama karena saya baru melihatnya di Bandung
yang mungkin sebenarnya konsep bisnis Pertamini ini sudah ada di tempat lain
bahkan diluar kota Bandung. Kedua adalah jika memang konsep bisnis Pertamini
sudah ada apakah sifatnya yang memang “latah”
dalam artian konsep bisnis ini diaplikasi (ditiru)
oleh orang beberapa orang setelah melihat konsep bisnis ini, atau jangan-jangan
konsep bisnis Pertamini ini sudah menjadi bisnis retail sejenis kemitraan (franchise)? bukan hal yang mustahil
bukan? mengingat bisnis ini tidak membutuhkan modal sebesar membuka SPBU resmi
terlebih jika konsep bisnis Petamini ini dikembangkan di daerah-daerah yang jauh
dari jalan protokol yang belum terjamah oleh SPBU milik Pertamina. Nah yang
pasti hal ini akan menjadi menarik, setuju? kita lihat saja nanti akan seperti
apa. (dira.illanoor - oktober 2014)
Komentar
Posting Komentar