Social Media : Warning Viral Mode On


*sumber gambar : google

Masih ingatkah beberapa waktu lalu mengenai kisah Dahlan Iskan – Mentri BUMN yang sempat menjadi trending topic di Social Media (Twitter) pada saat membuka akses pintu Tol Ancol dan membiarkan beberapa kendaraan lewat begitu saja untuk mengurai kemacetan sepanjang hampir 10 KM. Tidak membutuhkan waktu lama, selang beberapa jam isu ini langsung diberitakan di berbagai media nasional setelah sebelumnya menjadi trending topic yang paling dibicarakan orang-orang di Twitter.

Selain itu masih segar juga dalam ingatan kita mengenai kasus “Koboy Pancoran” yang berhasil direkam oleh publik melalui video handphone, kisah ironis seorang oknum anggota TNI yang secara disayangkan telah menyalah gunakan senjata api yang telah diamanahkan kepadanya sebagai alat untuk ajang pamer dan “menakuti” publik hanya gara-gara kasus mobil yang diserempet oleh pengendara sepeda motor. Sebelum berita ini muncul kepermukaan di beberapa televisi nasional, isu ini sudah menjadi trending topic terlebih dahulu melalui social media (facebook, twitter, dan youtube).

kedua berita di atas membuktikan bahwa secara tidak langsung keberadaan social media kini menjadi channel alternatif media informasi yang selama ini didominasi oleh elektronik dan media cetak. Bukan hanya mengenai nilai kualitas dari sebuah berita saja namun juga faktor kecepatan dari sebuah berita kini ikut diperhitungkan oleh publik. Social Media memenuhi faktor kecepatan tersebut, dimana kini semua orang bisa berpartisipasi menjadi bagian dari Citizen Journalism”.

Di era teknologi informasi ini nampaknya kebutuhan publik mengenai informasi sangat cepat dan hal ini yang menjadikan pemenuhan mengenai informasi kini tidak bisa hanya mengandalkan keberadaan media cetak maupun elektronik saja, dan kemunculan Social Media (twitter) salah satunya saat ini sangat berperan sebagai media penyebaran informasi. Dua contoh berita yang sempat disinggung merupakan salah satu contoh informasi (berita) yang bisa dibilang mendahului media informasi konvensional dalam hal ini media elektronik dan cetak.

masih ingat ketika saya bertemu dengan salah satu jajaran direksi televisi nasional di Indonesia, dimana beliau pernah mengatakan bahwa keberadaan Social Media (twitter) ini baginya cukup membingungkan (50 : 50). Disatu sisi menjadi kompetitor karena seringkali menjadi akses informasi (berita) bagi publik karena dinilai lebih “cepat” dan “praktis” yang kini banyak diakses publik, namun disatu sisi mereka tetap membutuhkan Social Media (twitter) sebagai media enggament mereka dengan publik (follower) untuk dikonversi menjadi penonton acara mereka (audience)”.

Dari sini mungkin bisa kita bahas sedikit mengenai kenapa Social Media memiliki sifat viral, dimana viral disini diumpakakan sebagai kondisi percepatan penyebaran informasi. Viral tidak hanya dalam konteks positif saja namun bisa juga negatif, nah jika sebuah informasi yang memiliki nilai berita positif saja bisa menyebar luas secara cepat seperti virus apalagi sebuah informasi yang memiliki nilai berita negatif.

Segala sesuatu memang sudah pasti ada sisi positif dan negatifnya, jika kita amati dalam konteks positif keberadaan Social Media yang bersifat viral ini bisa menjawab kebutuhan publik akan akses informasi yang cepat. Sedangkan bagi para pebisnis yang sudah nyemplung menggunakan Social Media sebagai salah satu tools pemasaran mereka, saya kira kondisi ini menjadi angin segar bagi mereka khususnya dalam proses penyebarluasan informasi via Social Media.

Masih ingat dengan terobosan yang dilakukan oleh Mak Icih yang menggunakan Social Media (twitter) sebagai channel utama pemasaran, berkat konsep & konten yang menarik Mak Icih berhasil meraup untung setelah menjadi trending topics yang menimbulkan efek W.O.M via twitter. Positif bukan berarti tidak ada negatif impactnya, sifat viral ini juga bisa menjadi boomerang yang akan cepat menjamur menyebarluaskan informasi (berita) negatif. Seperti salah satunya kasus Pilot Lion Air off duty kedapatan sedang mengkonsumsi narkoba yang sempat menggoyang citra dari maskapai penerbangan no 2 di Indonesia itu.

kondisi ini yang mengharuskan kita selaku individu bisa memilah dalam mencerna sebuah informasi (berita), akses teknologi informasi salah satunya Social Media Twitter memungkinkan publik untuk menjadi bagian dari sebuah informasi - Citizen Journalism, atau menjadi bagian dari penyaluran informasi tersebut. Sifat dasar orang Indonesia yang senang berbagi mengenai sesuatu hal terkadang jika tidak mencerna keberadaan sebuah informasi dengan baik bisa menjadi boomerang, masih ingat isu meninggalnya drumer Slank bim-bim yang sempat ramai dibicarakan di twitter?”.

Nah ngomongin viral mode yang bisa positif dan bisa juga negatif, nah sekarang kita bahas sedikit yuk mengenai keduanya :
A.      Positif Viral Mode

·         Konten
Dalam menghasilkan efek viral mode positif melalui social media hal yang pertama kali harus kita perhatikan adalah konten (materi) yang akan di share kepada publik. Selain informasi harus menarik dan bermanfaat untuk publik, penting untuk diperhatikan konten informasi yang akan kita share harus singkat, padat, dan jelas karena notabene khususnya Twitter memberi batasan 140 karakter.
Nah bagi kita yang hanya sebagai mediasi (bagian dari tersebarnya sebuah informasi), selain kita bisa memiliah mana informasi yang layak untuk di share ada baiknya kita cerna terlebih dahulu (validasi) konten materi informasi tersebut. *masih ingat kasus kematian drumer Slank bim-bim yang sempat menjadi pembicaraan di Social Media? dan ternyata hanya ulah seseorang yang tidak dapat dipertanggung jawabkan informasinya.

·         No Pic = Hoax
Bagi para pengguna Twitter nampaknya sudah tidak aneh dengan istilah tersebut, nah jika kita berniat memberikan atau menjadi bagian dari tersebarnya sebuah informasi yang bermanfaat ada baiknya jika kita sertakan foto dokumentasi atau gambar yang berhubungan dengan informasi tersebut (example : informasi mengenai kemacetan atau kecelakaan lalulintas kita sertakan foto dokumentasi keadaan tersebut).

·         Additional Link
Ada baiknya jika kita khususnya yang ingin share mengenai informasi bermanfaat harus mempersiapkan sebuah link home pages khusus (bisa berupa website atau blog) yang tujuannya adalah menutupi pembatasan 140 karakter oleh Twitter dimana melalui home pages ini kita bisa memberikan informasi yang lebih detail (memperkecil celah terjadinya miss understanding & perseption dikarenakan keterbatasan penyampaian informasi).

·         Mention Some Account
Nah setelah kita memiliki konten informasi yang memang bermanfaat bagi publik, sebagai langkah awal adalah kita share mention informasi yang sudah disertai link tersebut kepada beberapa account Twitter yang dinilai memiliki banyak follower (at least follower mereka akan membaca informasi yang kita share, dan untuk beberapa account Twitter akan me-retweet informasi tersebut dengan sendirinya jika memang dinilai bermanfaat).

B.      Negatif Viral Mode

·         Find The Sources
Jika kita dihadapkan dengan sebuah informasi viral negatif makan yang bisa kita lakukan adalah dengan menelurusi sumber dari informasi ini. Tujuannya bagi individu adalah kita bisa menyaring (filter & validasi) informasi tersebut sebelum kita share kepada publik, sedangkan untuk sebuah brand atau perusahaan hal ini bertujuan untuk mencari tahu sumber dari informasi tersebut jika mereka dihadapkan dengan informasi yang memiliki dampak negatif terhadap brand image mereka.

·         Koordinasi Dengan Sumber
Jika sudah mengetahui sumber dari informasi viral negatif, maka kita lihat sudah sejauh mana dampak yang dihasilkan oleh informasi tersebut. Sebisa mungkin kita bisa koordinasi dengan pemilik account tersebut misalkan menanyakan darimana sumber informasi yang mereka share kepada publik dan apa motifnya. Jika bisa diselesaikan secara kekeluaragaan maka akan lebih baik, kita minta sumber untuk melakukan klarifikasi mengenai informasi tersebut, namun jika memang informasi tersebut valid meski negatif bagi sebuah brand maka yang diharuskan adalah pihak brand tersebut yang melakukan klarifikasi. Bagi kita individu yang menjadi bagian dari citizen journalism, bisa ikut berkontribusi untuk mengklarifikasi sebuah informasi yang ternyata tidak valid atau tidak dapat dipertanggung jawabkan.

·         Klarifikasi
Dalam menghadapi sebuah informasi yang sifatnya negatif sebuah brand atau perusahaan khususnya harus siap dengan aktifitas press conference (klarifikasi) baik melalui media online Twitter atau melalui berbagai media terkait lainnnya. Tujuannya supaya publik dalam hal ini pengguna Twitter tidak dibingungkan dengan berbagai informasi yang tersebar luas di Social Media. (dira.illanoor - juni 2012)

Komentar

Postingan Populer