Learn Online Marketing from the #CHEF


sumber gambar : http://ia.media-imdb.com


Akhir pekan memang paling cocok dipake buat quality time dengan keluarga, kebetulan malam sabtu kemarin saya memilih untuk nonton film chef ditemani istri. Pilihan kami untuk nonton chef saat itu memang nggak salah selain karena plotnya menarik, film tersebut juga saya nilai memiliki orisinalitas cerita yang sangat kuat. Nah orisinalitas ini yang memberikan saya insight untuk membuat tulisan kali ini.

Film chef ini menceritakan kisah mengenai seseorang bernama Carl Casper (Jon Favreau) yang merupakan chef di sebuah restoran lokal di Los Angeles – Amerika. Singkat cerita restoran tersebut akan didatangi oleh seorang “food critics” bernama Ramsey Michel (Oliver Platt) yang bertugas untuk menuliskan review mengenai restoran tersebut dan menuliskannya di website. Carl tentunya ingin memberikan kesan terbaik pada si food critics tersebut, maka segala persiapan pun dia lakukan diantaranya mempersiapkan menu-menu yang tidak biasa, namun sayang ide sang chef ini terbentur oleh pola pikir konvensional sang pemilik restoran yang menginginkan Carl hanya menyajikan makanan yang biasa dimakan oleh konsumen setia restoran tersebut, pembicaraan alot diantara keduanya menghasilkan keputusan Carl harus mengikuti kemauan sang pemilik jika ingin posisinya sebagai chef aman.

Petaka mulai muncul ketika Carl menyajikan menu-menu favorit yang mungkin memang disukai oleh konsumen setia mereka sesuai keinginan sang bos Riva (Dustin Hoffman), namun nampaknya menu tersebut gagal memuaskan lidah sang food critics, hingga dalam review di webnya dia menuliskan bahwa menu yang disajikan sangat “mengerikan”. Kondisi ini semakin diperparah ketika berita ini menjadi viral di Twitter yang pada awalnya tidak diketahui oleh Carl yang memang bukan gadget savvy (Gen-X). Cerita menarik dimulai ketika Carl yang dibantu anaknya Percy (Emjay Anthony) yang memang Gen-Z mengenal Twitter, adu cek cok Carl dengan sang food critics di Twitter, hingga kesuksesan Carl membuka usaha kuliner makanan cuba (cubanos) melalui Food Truck yang dinamai El-Jeffe dibantu anaknya yang brillian menggunakan social media sebagai media promosi. Selesai baca tulisan ini saya sarankan nonton deh filmnya nggak rugi beneran.

1.       Chef remind me of Maicih successions
Beres nonton film chef saya kembali teringat dengan keberhasilan Maicih (keripik singkong pedas) sebagai sebuah brand yang berhasil didongkrang popularitas juga penjualannya dengan memaksimalkan keberadaan social media, bagaimana social media dijadikan sebagai media interaksi dan informasi mengenai dimana saja lokasi para jendral Maicih (agen reseller) bergentayangan (berjualan), aktifitas ini berhasil menjadi perbincangan viral di social media karena banyak Netizen yang dibuatnya penasaran. Film chef juga kurang lebih menggambarkan hal tersebut dimana kecerdikan anaknya Carl dalam menggunakan berbagai channel social media seperti Twitter, Instagram, Youtube, dan Vines sebagai media membangun reputasi ayahnya sebagai seorang chef, hingga aktifitas promosi food truck El-Jeffe, hingga story telling perjalanan Carl dari satu kota ke kota lainnya. Kedua cerita tadi menggambarkan kekuatan internet dan social media yang sudah merubah landscape bisnis saat ini berkaitan dengan aktifitas branding, marketing, dan customer relationship management yang berorientasi digital (get online, get connected, get content, get conversation, get collaboration) . Intinya sih film chef seperti sebuah apresiasi mengenai kesuksesan pelaku bisnis dalam memaksimalkan keberadaan internet dan social media, karena dalam kehidupan nyata kedua media tersebut memang sudah banyak mengorbitkan startup business menjadi pengusaha sukses.

2.       Do Gen-Z born as Digital Marketers?

Hal yang cukup menarik perhatian saya dalam film ini salah satunya adalah mengenai background Carl Casper dan anaknya Percy sendiri sebagai tokoh utama. Sebagai seorang chef handal Carl merupakan bagian dari Gen-X yang notabene bukan gadget savy dan kurang familiar dengan yang namanya social media, kondisi tersebut berbeda 180 derajat dengan anaknya yang terlahir sebagai Gen-Z yang sudah dipastikan gadget savvy, familiar dan cukup aktif dengan yang namanya social media. Di film tersebut anaknya Carl berhasil membangun reputasi ayahnya sebagai seorang Chef juga berhasil mendongkrang popularitas usaha El-Jeffe milik ayahnya melalui aktifasi story telling dan interaksi menggunakan social media. Saya bisa menyimpulkan bahwa Gen-Z memang sudah terlahir sebagai digital marketers? kenapa? tentunya bukan tanpa alasan. Pertama adalah landscape bisnis saat ini sudah jelas menjadi semakin berorientasi digital (internet dan social media) dengan demikian Gen-Z yang memang terlahir di era internet tentunya sangat tech savvy dan sangat familiar dengan internet juga social media sudah memiliki modal awal sebagai digital marketers. Kedua tentunya kita sama-sama mengetahui bahwa social media juga sudah merubah pola komunikasi masyarakat, saya memiliki pandangan bahwa Netizen pada dasarnya memiliki 3 main behaviour, yakni share (mereka sangat suka berbagi sesuatu entah itu foto, video, atau cerita), comment (komunikasi dua arah yang terbangun menghasilkan perbincangan diantara pengguna social media), collaborate (user generated content merupakan salah satu contoh real mengenai semangat kolaborasi di era digital saat ini). Selain 3 hal tersebut, social media user juga pada dasarnya memiliki passion dalam hal content creator dan storytelling, seperti yang ditunjukan dalam film Chef dimana anak Carl Casper cerdik dalam menciptakan konten (cerita, foto, video) dan berhasil menyisipkan valuable story di setiap konten yang di share (storytelling) kepada fans dan followers. Nah itu padangan pribadi saya, bagaimana dengan pandangan kalian? (@justdira – November 2014)

Komentar

Postingan Populer