End Of Blackberry Is Near


sumber gambar : http://www.hardwareheaven.com/reviewimages/blackberry-z10-smartphone/blackberry-z10-smartphone.jpg


            Ada yang ingat dengan pelajaran Biologi saat SD mengenai proses rantai makanan? proses yang menjelaskan mengenai gambaran proses makan dan dimakannya mahluk hidup di alam berdasarkan urutan tertentu? nah kalo boleh sedikit saya analogikan dalam bisnis sebuah produk juga akan mengalami yang namanya “rantai makanan” tersebut, mulai dari munculnya sebuah produk baru dengan sebuah inovasi, hingga kemunculan produk baru lainnya yang lebih inovatif untuk menggantikan produk sebelumnya, dan itulah gambaran sederhana mengenai proses “siklus hidup” persaingan sebuah produk di pasar (market).

                Dan yang saya ingat kalo di marketing sebenarnya dikenal sebuah teori bernama Product Life Cycle yang digagas Theodore Levvits, saya mencoba kembali mengingat dan mereview salah satu mata kuliah dulu banget saat mahasiswa he4, Product Life Cycle ini pada dasarnya merupakan sebuah proses analisa bisnis yang menggambarkan riwayat sebuah produk mulai dari sejak diperkenalkan ke pasar (introducing age), pertumbuhan dimana konsumen mulai mengenal produk kita (growth age), kemudian mencapai titik jenuh yang mengharuskan inovasi baru (maturity age), hingga mulai ditinggalkan oleh konsumen jika tidak melakukan inovasi (decline age).

                Saya coba review sedikit, pada tahap introducing age kita para pelaku pasar fokus dalam create sebuah strategi memperkenalkan produk kepada konsumen dengan memperkenalkan identitas yang jelas dan melakukan aktifitas promosi yang agresif untuk menghasilkan brand awarness tinggi, pada tahap growth stage pelaku pasar akan mulai fokus pada persaingan dengan kompetitor karena produk (merk) sudah mulai dikenal dan permintaan dari pasar pun sudah mulai banyak, nah pada tahap maturity age ini karena persaingan yang semakin tajam penjualan akan stagnan (mencapai titik jenuh) dimana pembeli lebih banyak didominasi oleh konsumen loyal, sehingga perlunya dilakukan sebuah inovasi baru. Tahap terakhir decline age, pada tahap ini jika sebuah produk (merk) tidak melakukan inovasi maka produk kita akan mengalami kemunduran dan mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan karena ditinggalkan oleh konsumen yang beralih pada produk (merk) lain.

                Nah itu sedikit gambaran saja, lanjut ke pembahasan artikel kali ini saya ingin membahas sedikit mengenai fenomena Blackberry, tidak secara spesific membahas keseluruhan aspek teori yang sudah disampaikan, namun lebih fokus pada satu aspek, diawali oleh sebuah pertanyaan apakah Blackberry sudah mencapai tahap decline age? why? sebagai salah satu pengguna Blackberry saat ini saya merasa sudah mulai mencapai titik jenuh, diluar banyaknya masalah-masalah teknis tentunya juga based on hal-hal yang sifatnya non teknis. Apakah itu? salah satunya adalah dengan kemunculan Android Smartphone dan menjamurnya instant messangging yang kurang lebih memiliki fitur sama dengan Blackberry Massangger, walaupun untuk beberapa point memiliki fitur lebih baik malah, setuju? yuk kita langsung sama-sama bahas aja case yang satu ini.

1.       Mobile User Naik Terus
Tren pertumbuhan pengguna ponsel pintar atau smartphone Tanah Air terus mengalami peningkatan, berdasarkan informasi yang diliris oleh International Data Center pada tahun 2011, terdapat setidaknya 11 juta pengguna mobile phone di Indonesia dan diperkirakan jumlahnya akan menjadi 18 juta pengguna pada 2015” *(sumber : bisnis.com), dan Riset Nilesen terhadap 2.400 digital consumer menunjukan 78% (1872) diantaranya mengungkapkan mobile phone yang dimiliki bisa untuk mengakses internet. Kedua hal tersebut merupakan sedikit data yang bisa menggambarkan mengenai perkembangan mobile mobile penetration & user di Indonesia yang semakin meningkat, menjadikan negara Indonesia merupakan negara yang cukup dilirik dan diminati oleh para investor bisnis di dunia teknologi informasi dan komunikasi, sehingga nggak aneh kalo perkembangan mobile phone cerdas sangat cepat terjadi karena didukung oleh permintaan pasar yang semakin besar.

2.       Android Murah Dibawah 1 Juta
Fenomena kenaikan pertumbuhan mobile phone user di Indonesia khususnya nampaknya diamati dengan cermat oleh para pelaku pasar, buktinya pasar indonesia ini diserang secara bertubi-tubi oleh berbagai merk mobile phone yang masing-masingnya menawarkan berbagai fitur yang semakin canggih sebagai value proposition kepada konsumen. Nah hebatnya lagi para produsen ini tidak menciptakan produk untuk middle up segmen saja namun juga menciptakan produk untuk middle low segmen, bahkan ada produsen yang memang mengkhususkan diri pada segmen ini dan alhasil ada mobile phone android yang dibandrol dibawah satu juta. Produk tersebut makin laris di pasaran karena beberapa diantaranya ada yang dibandrol (bundling) promo operator seluler tertentu, gila nggak tuh? hal ini mungkin yang semakin memperkuat kondisi bahwa saat ini informasi itu ada dalam genggaman manusia, karena dengan fasilitas mobile phone murah didukung dengan akses jaringan internet yang disediakan oleh berbagai provider kini semua orang bisa akses informasi dengan cepat dan mudah any time and any where.

3.       Aplikasi Instant Messangging Kian Menjamur
Kemunculan perdana Blackberry di tanah air ini laris bak kacang tanah padahal harganya cukup merogoh kocek, nah makin aneh budaya konsumen di Indonesia ini kalo Blackberry ngadain promo merilis produk baru bisa menghebohkan jagat pasar smartphone Indonesia, saya masih ingat saat release Blackberry versi baru dimana orang ampe bela-belain antri untuk bisa jadi konsumen yang dapetin produk itu pertamakali. Kemunculan Blackberry sebagai smart phone ini memang pada awalnya diinginkan banyak orang, karena fitur yang ditawarkan salah satunya merupakan inovasi baru bagi industri telekomunikasi khususnya, karena kalo dulu orang harus komunikasi dengan seseorang harus lewat telepon atau sms dengan adanya fitur Blackberry Messangger kita bisa berkomunikasi lebih cepat dan murah, selain itu fitur ini juga memungkinkan kita membentuk sebuah group sehingga bisa berkirim pesan dengan banyak orang secara bersamaan. Hingga saat ini Blackberry bagi sebagian orang masih menjadi fenomena bagi masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang lain melalui fitur Blackberry Massangger (BBM) yang disediakan. Seiring dengan pertumbuhan pangsa pasar mobile phone android based, baru-baru ini banyak bermunculan mobile aplication  intant messangging, mulai dari WhatsApp, Line, sampai Kakao Talk yang saat ini cukup gencar beriklan di televisi maupun media online. Sebuah aplikasi dengan fitur basic yang sama dengan Blackberry Messanger, namun memiliki fitur lain yang dinilai sebagai kelebihan lain khususnya minim kendala dalam hal-hal yang sifatnya teknis (hang atau delay) menjadikan Instant Messangging kini cukup populer di kalangan pengguna Blackberry User, bahkan ada yang mengisntall aplikasi tersebut dalam perangkat Blackberry yang dimiliki, dan tak sedikit konsumen Blackberry yang memilih berpindah ke produk-produk mobile phone android berbagai merk karena dinilai lebih memiliki banyak fitur selain tentunya Instant Messangging tadi, nah ancaman serius bagi Blackberry nih.

4.       Blackberry Release versi Z10
Masih ingat dengan Handphone Nokia kalian? masih ada yang nyimpen nggak? atau jangan-jangan udah dikasiin sama orang lain atau bahkan dijual? Ha4, pengalaman pribadi yah. Nah ngomongin sedikit mengenai Nokia dulu handphone itu merk yang paling booming dan menjadi trend di Indonesia, kalo handphonenya nggak Nokia itu nggak keren deh kayaknya. Perubahan drastis terjadi ketika munculnya Blackberry yang membutakan konsumen Nokia untuk beralih ke smart phone teknologi baru dengan fitur tidak dimiliki sebelumnya oleh Nokia, apa yang terjadi trend hasil penjualan Nokia sempat menurun drastis. Hampir sama kondisinya dengan Blackberry saat ini yang sedang digerogoti ancaman dari produk android, perlahan namun pasti konsumen sudah mulai risih bahkan mulai beralih kepada produk android, apa yang dilakukan oleh Blackberry? sadar akan gaya hidup konsumsi teknologi informasi yang berubah menurut saya Blackberry mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang mulai teralihkan dengan fenomena android dengan merelease Blackberry Z10, yang secara sekilas menampilkan flatform mirip android disamping tentunya fitur yang seabrek, begitupun dengan Nokia yang mau tidak mau menyesuaikan diri dengan pasar dengan merelease Nokia Lumia dan Nokia Asha.

                Apa yang bisa kita pelajari dari tulisan di atas? pertama perlu kita sadari bahwa saat ini yang menguasai pasar bukanlah kita, namun konsumen itu sendiri. Kenapa? karena seiring dengan persaingan bisnis yang semakin sengit tentunya para pelaku pasar berlomba memberikan yang terbaik kepada konsumen dengan mendengarkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dan cerita di atas saya kira bisa memberikan sedikit gambaran. Point kedua adalah berdasarkan teori product life cycle yang digagas Theodore Levvits, dimana dalam kasus Blackberry ini saya nilai sudah mencapai tahapan Maturity Age yang segera akan memasuki Decline Age tahap yang paling ditakuti oleh para pelaku pasar, nah inovasi produk Blackberry Z10 saya nilai sebagai sebuah upaya dalam pencegahan masuknya Blackberry kedalam tahap Decline Age, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ketika pangsa pasar kita sudah mencapai titik jenuh, persaingan semakin sengit, adalah tugas para pelaku pasar untuk berubah dalam arti melakukan inovasi, jika tidak melakukannya hanyalah tinggal menunggu waktu untuk berakhir. (dira.illanoor – 2013)


Postingan Populer