3 Pilihan Dalam Bisnis
sumber gambar : http://amorefiori.files.wordpress.com/2011/02/confused_man.jpg
Ada yang sudah bosan menjadi
karyawan? atau ada yang memiliki keinginan berbisnis? nah sedikit ngobrolin
bisnis nih, terkadang keinginan berbisnis seseorang terhambat oleh harus
terhambat oleh barrier yang ada pada dirinya sendiri, biasanya ketakutan akan
gagal karena tidak memiliki pengalaman atau terjebak dalam tataran konsep
bisnis, yang padahal initi dari bisnis itu sendiri adalah action. Kenapa?
karena kalo belom di mulai mana kita bisa tahu bisnis tersebut akan berhasil
atau tidak, bagaimana kita bisa tahu konsep yang kita buat itu berhasil atau
tidak, setuju? balik ngobrolin bisnis sedikit sharring walaupun saya pribadi
belum memiliki pengalaman di bisnis, he4 yang saya tahu intinya bisnis itu
memiliki 3 pilihan, yang dimana masing-masing pilihan tersebut tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, nah apa saja pilihan itu?
monggo dibaca semoga bisa memebrikan sedikit inspirasi.
1. Pilihan 1# Follow The Trend
Nah untuk
pilihan pertama ini saya nilai lebih cocok untuk pemula yang sama sekali belum
memiliki pengalaman dalam berbisnis namun memiliki keinginan untuk mulai
berbisnis. Pilihan pertama adalah “follow
the trend” atau dalam hal ini adalah kita mengikuti trend pasar yang baru
saja terbentuk atau sudah lama tebentuk, misalkan di awal kemunculan keripik singkong
pedas maicih, tidak lama dari momentum kesuksesannya banyak bermunculan “follower” dengan berbagai macam merk
pelaku bisnis serupa yang memanfaatkan trend yang tengah di bangun pasar saat
itu. Beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan untuk pilihan ini adalah ketika
sebuah bisnis menjadi sudah trend memang kecenderungan konsumen untuk menjadi
bagian dari trend tersebut sangat tinggi (membeli,
mencoba, membicarakan), namun ketika sebuah produk menjadi trend dan
cenderung sama maka persaingan hanya berfokus pada persaingan harga karena
value dari sebuah produk tersebut tidak ada membuatnya menjadi komoditas biasa
yang diperjual belikan, selain itu juga sebuah trend ketika sudah tidak menjadi
trend akan menjadi masalah untuk kita (kecenderungan
bisnis tidak bertahan lama tinggi karena ditinggalakan konsumen).
2. Pilihan 2# A.T.M
Sedikit advance
dari pilihan pertama pilihan kedua fokus pada konsep A.T.M (amati, tiru, modifikasi), nah sedikit
berbeda dengan pilihan pertama pilihan kedua ini setidaknya ada effort dalam
memikirkan bagaimana kita memodifikasi sebuah konsep bisnis yang sudah ada
supaya memiliki value lebih (competitive advantage)
dibandingkan produk serupa. Sebagai contoh misalkan kita akan berjualan bubur
ayam dan untuk membedakan dengan penjual bubur ayam kebanyakan kita melakukan modifikasi,
sebut saja misalkan ketika tukang bubur kebanyakan hanya menyajikan bubur
dengan potongan ayam, daun seledri, merica, kecap, sambal, dan kerupuk, maka
kita memodifikasinya dengan extra tambahan telur, ati ampela, sate usus, atau
menambahkan kuah kaldu sapi, dengan demikian konteks modifikasi disini adalah
bagaimana kita menambahkan nilai lebih untuk membedakan produk kita dengan
produk kebanyakan.
3. Pilihan 3# New Inovation
Pilihan ketiga
ini lebih expert tentunya dibandingkan dua pilihan sebelumnya namun pilihan ini
bisa menjadikan jaminan bagi kita untuk menjadi market leader jika bisnis yang
dijalankan sukses dikembangkan, dalam hal ini adalah kita melakukan sebuah
inovasi dengan menghasilkan sebuah produk atau bisnis yang benar-benar baru
atau belum pernah ada yang melakukannya sebelumnya. Ketika berbicara sebuah
invoasi sebenarnya bukan berarti kita harus mengcreate sesuatu hal yang
oustanding dan benar-benar baru, namun juga kita bisa mengembangkan dari sebuah
konsep yang sudah ada. Nah gampangnya kenapa ide keripik singkong maicih
menjadi sebuah ide yang briliant? padahal seperti kita ketahui yang jualan
keripik singkong pedas nampaknya sudah ada sejak dulu bahkan sebelum ada ma
icih? lalu apa invoasi yang dibuatnya? tentunya dengan mengemasnya kedalam
balutan merk ma icih, melakukan inovasi dari variant produk dengan menghadirkan
10 level tingkat kepedasan, jualan lewat twitter dan jaringan reseller yang
diberi nama ma icih.
Nah menurut saya pribadi ma icih
bisa kita dijadikan sebagai sebuah pembelajaran contoh bisnis yang mengadaptasi
3 proses yang sudah dijelaskan, pertama dia mengikuti trend yang sudah lama ada
yakni jualan keripik singkong pedas yang memang sudah lama ada dan konsumen
yang membelinya juga sudah terbangun sebut saja yang “hobi ngemil” atau sekedar
untuk “oleh-oleh”, lalu dengan pengamatan seksama dan proses modifikasi yang
ciamik keripik singkong tersebut dikemas sedemikian rupa dengan merk ma icih
dan pada akhirnya produk tersebut bisa menjadi leader di kelasnya, walaupun
memang saat ini harus bersaing dengan banyak merk yang menjual produk dan
konsep serupa. (dira.illanoor – 2013)
Komentar
Posting Komentar